Yogyakrta
masih sangat kental dengan budaya jawanya. Seni dan budaya merupakan bagian tak
terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Sejak masih kanak-kanak
sampai dewasa, masyarakat Yogyakarta sering menyaksikan dan bahkan mengikuti
berbagai acara kesenian dan budaya di kota ini. Tradisi adalah sebuah hal yang
penting dan masih dilaksanakan sampai saat ini. Seni dan budaya merupakan suatu
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Kesenian khas Yogyakarta
antara lain adalah ketoprak, jathlan, dan wayang kulit. Yogyakarta juga dikenal
dengan oerak dan gaya yang unik membuat batik kain dicelup. Tapi, kali ini kita
akan membahas tentang ketropak, dan bagaimana perkembangan ketoprak di
Yogyakarta.
Sekarang-sekarang ini ketoprak tidak indentik lagi dengan orang tua. Kesenian
khas Jawa ini juga memiliki penggemar dari kalangan muda. Tak hanya menonton,
banyak anak muda Jogja yang tertarik main ketoprak. Hal itu seperti yang
dilihat pada Festival Ketoprak antar-kecamatan di Pendopo Tamansiswa Jogja.
Festival tersebut dapat terlaksnakan karena mendapat bantuan dana dari
pemerintah Jogja.
Ketoprak masih diminati di Jogja. Tidak hanya di 14 kecamatan, 45 kelurahan di
kota Jogja juga hampir semuanya memiliki kelompok ketoprak. Peminatnya, mulai
dari orang tua hingga anak muda. Banyak anak muda yang senang ketoprak,
walaupun belum mengrti dasar pemain ketoprak. Tapi, tidak apalah jika belum
mengerti yang penting anak muda sudah seneng dulu, cinta dulu dengan
ketopraknya. Memang, membuat anak muda senang dengan ketoprak itu tidak mudah
apalagi anak muda jaman sekarang yang sudah terlalu banyak terpengaruhi oleh
budaya asing. Namun, demi ketoprak itu sendiri, ketopral sudah dikolaborasikan
antara pakem dengan gaya modern agar ketoprak disenangi oleh kawula muda.
Bahkan ketoprak ada kalanya dimainkan dengan lagu pop atau dangdut untuk
menambah kertarikan para kawula muda.
Membangkitkan energi budaya seperti itulah yang selama ini dilakukan oleh Jogja
untuk terus memberikannapas pada kebudayaan dann tradisi-tradisi daerahnya. Ada
hal yang menarik yang dilakukan oleh Jogja untuk memberikan nafas dan merawat
budayanya, jogja tak memilih untuk menggelar pagelaran megah secara kolosal
dalam bentuk pekan budaya atau bulan festival. Seballiknya Jogja justru lebih
senang menggelar acara-acara berskala kecil dan menengah sepanjang tahun yang
secara konsisten tersebar di banyak tempat. Ini adalah cara yang cerdik yang
seharusnya dicontoh oleh kota-kota yang lain karena efeknya lebih terasa dan
mampu menjangkau ruang-ruang kehidupan masyarakat secara langsung.
Oleh karena itulah kawula muda sudah harus mencintai kebudayan khas dari negeri
ini, karena kalo bukan kita siapa lagi yang dapat melestarikannya. Peran
pemerintah pun juga sangat dibutuhkan untuk mensosialisakan kepada
masyarakat-masyarakat yang kurang atau bahkan tidak mengetahui tentang
kebudayaan asal daerah tempat tinggal mereka. Mulailah sesuatu dari hal yang
kecil dan di ruang lingkup yang kecil, karena perubahan sekecil apapun dapat
merubah hal yang besar di kemudian hari jika kita mau berusaha dan berjuang.
Sumber : http://nvtrakhmawati.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar