Pada penulisan blog ini, saya akan membahas sebuah perasaan yang
sering kali dialami oleh semua orang terutama di kalangan para remaja. Resah,
perasaan ini lah yang sering kali dialami ole para remaja. Banyak penyebab atau
faktor yang membuat perasaan resah itu timbul. Di sini saya akan menyebutkan
beberapa faktor atau penyebab yang pernah atau bahkan dialami oleh kita.
©
Tekanan dari teman
Semakin bertambahnya
usia kita, maka pergaulan kita pun akan semakin banyak rintangannya. Contohnya saja
ketika kita sedang melaksanakan ujian, pasti banyak diantara teman kita yang
menyontek atau meminta jawaban kepada kita karena kita termasuk siswa yang
pandai. Biasanya siswa yang pandai tersebut akan bingung untuk memilih
membiarkan temannya mengerjakan sendiri atau menolongnya. Jika siswa yang
pandai tersebut tidak membantu temannya, maka temannya itu pasti akan
memusuhinya atau menyebut siswa tersebut dengan orang pelit. Satu-satunya cara
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberi tahu alasan mengapa kita
tidak ingin memberitahu jawabannya atau dengan mengajak mereka belajar bersama
supaya di saat ujian setidaknya mereka sedikit mengusai pelajaran tersebut.
©
Pembahasan materi yang sulit
namun waktu pembelajaran yang singkat
Permasalahan
ini sering dihadapi para siswa umumnya untuk siswa tingkat 3 atau bahkan
mahasiswa sekalipun. Materi yang diberikan dari peengajar terkadang sulit untuk
dimengerti dan waktu untuk ujian tinggal sebentar lagi. Keadaan ini membuat
siswa atau mahasiswa bekerja keras atau merasakan resah karena mereka tidak
yakin dengan apa yang mereka pelajari dengan waktu yang sangat singkat
tersebut dapat mengerjakan soal ujian
dengan benar. Nah, ketika kita sedang
berada di dalam posisi ini kita harus pandai-pandainya mengatur waktu
untuk belajar materi tersebut atau berkonsultasi dengan pengajar atau teman. Setidaknya
cara tersebut dapat mengurangi rasa resah karena tidak dapat memahami materi.
©
Tuntutan dari orang tua
Tak semua orang tua menuntut
anaknya untuk melakukan ini-itu, tapi masih ada pula orang tua yang menuntut
anaknya untuk melakukan ini-itu. Biasanya tuntutan orang tua adalah mendapat
nilai bagus, masuk perguruan tinggi yang bagus, atau hal-hal yang serba bagus. Kadangkala
orang tua tidak mengetahui bagaimana susahnya materi atau keadaan otak anaknya
yang memang hanya rata-rata,yang mereka tahu anak mereka harus menjadi anak
yang terbaik. Posisi inilah yang sering membuat anak-anak tertekan atau bahkan
bisa depresi karena kalau kemauan orangtuanya tidak terpenuhi maka anak
tersebut bisa dimarahi atau yang leblh parah lagi dicaci maki. Seharusnya para
anak memberi pendapat kepada orang tua bahwa memang mungkin hanya itu yang bisa
mereka lakukan, dan untuk orang tua seharusnya juga lebih peka lagi kepada
anaknya tentang apa yang sebenarnya diinginkan oleh anaknya dan tidak menuntut
anaknya tetapi malah mendukung hal-hal positif yang dilakukan anaknya.
0 komentar:
Posting Komentar