Assalamu’alaikum WR. WB., pada
postingan saya kali ini, saya akan menjelaskan secara terperinci mengenai
perkembangan teknologi digital cinema. Dimana yang di dalamnya terdapat
aplikasi apa yang biasanya digunakan dalam pembuatan digital cinema. Digital
cinema atau kita bisa mengartikannya sebagai film yang berformat digital
merupakan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar
bergerak, pendistribusiannya bisa melalui perangkta keras berupa piringan optik
seperti DVD (Digital Versatile/Video Disc) ataupun melalui satelit, bahkan
sekaraang sudah banyak yang memanfaatkan teknologi blueray, karena
memiliki kualitas gambar yang jauh lebih baik daripada DVD.
Untuk penayangan sebuah film
di bioskop, biasanya dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke
bioskop lain dengan menggunakan satelit. Sebagai contoh, dari satu bioskop di
Depok, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah
melalui satelit. sehingga tidak perlu dilakukan salinan film.
v Perbedaan
Digital Cinema dengan Conventional Digital
Perbedaan
yang paling mendasar antara Digital Cinema dengan Conventional Digital
adalah dalam hal visualisasi dan suara. Pada digital cinema,
Visualisasinya berbentuk garis-garis, sementara Conventional Digital yang
menggunakan media pita seluloid, sehingga terkesan struktur visualisasinya
berupa titik-titik. Sedangkan untuk kualitas suara, Digital Cinema hanya dapat
memberi kualitas suara stereo. Sementara conventional Digital, memiliki
kualitas suara dolby surround. Proses Pembuatan Film Pembahasan selanjutnya
adalah mengenai tahap pembuatan film, ternyata dalam membuat sebuah film itu
tidaklah semudah membalikan telapak tangan, untuk menghasikan sebuah film yang
berkualitas dibutukan kemampuan yang cukup, agar film yang digarap bisa memikat
masyarakat untuk menontonnya.
v Tahap –
tahap dalam pembuatan film
1.
Pra Produksi
Pra
produksi adalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Pada tahap ini
dilakukan sejumlah persiapan pembuatan film, diantaranya meliputi penulisan
naskah skenario, menentukan jadwal pengambilan gambar, mencari lokasi, menyusun
anggaran biaya, mencari/mengaudisi calon pemeran, mengurus perizinan,
menentukan staff dan kru produksi, mengurus penyewaan peralatan produksi film,
serta persiapan-persiapan lainnya.
2.
Produksi
Tahap selanjutnya adalah tahap produksi, tahap ini merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna.
Tahap selanjutnya adalah tahap produksi, tahap ini merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna.
3.
Pascaproduksi
Pada tahap ini terdapat beberapa aktivitas seperti pengeditan film, pemberian efek khusus, pemberian suara/music, pengkoreksian warna, menambah animasi, dan sebagainya, yang bertujuan untuk menambah nilai jual sebuah film. Teknik Dasar Editing
untuk melakukan editing, ternyata ada dua jenis teknik editing yang umum digunakan, yaitu:
Pada tahap ini terdapat beberapa aktivitas seperti pengeditan film, pemberian efek khusus, pemberian suara/music, pengkoreksian warna, menambah animasi, dan sebagainya, yang bertujuan untuk menambah nilai jual sebuah film. Teknik Dasar Editing
untuk melakukan editing, ternyata ada dua jenis teknik editing yang umum digunakan, yaitu:
1)
Linear Editing/Analog Editing
Teknik ini
dilakukan dengan menata gambar satu per satu atau setiap shot secara urut dari
awal sampai akhir, sehingga tercipta kesinambungan. Jadi seandainya terjadi
kesalahan, maka editor harus mengulangi pekerjaannya mulai dari titik awal
kesalahan. Karena itu, sangat dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian yang
tinggi dalam linear editing. Susah juga yah teknik editing yang satu ini.
2)
Nonlinear Editing/ Digital Editing
Kalo teknik
yang satu ini sedikit lebih mudah dan praktis dibanding dengan teknik analog.
Editing ini dapat dilakukan secara acak, tidak harus dikerjakan dari awal
hingga akhir secara runtut. Jika terjadi kesalahan, editor pun tak perlu
mengulangi hasil pekerjaannya dari awal. Hardware yang digunakan untuk
menghasilkan sebuah digital cinema, dibutuhkan beberapa peralatan yang
memenuhi, diantaranya kamera dan proyektor.
Ø Kamera
Digital
Kebanyakan
kamera digital saat ini sudah bisa merekam dengan resolusi 1920x1080
menggunakan kamera seperti Sony CineAlta, Panavision Genesis atau Thomson
Viper. Selain itu, Kamera-kamera baru seperti Arriflex D-20 dapat menangkap
gambar dengan resolusi 2K, dan kamera bernama Red One keluaran perusahaan Red
Digital Cinema Camera Company dapat merekam dengan resolusi 4K. Baru-baru ini
perusahaan Dalsa Corporations Origin mengembangkan kamera yang dapat merekam
dengan resolusi 4K RAW. Bahkan ada kamera yang dapat merekam hingga 5K seperti
RED EPIC. Bisa dibayangkan kan, bagaaimana kualitas gambar yang mampu dihasilkan
dari salah satu kamera ini.
Ø Proyektor
Proyektor |
Untuk
menampilkan digital cinema dibutuhkan sebuah proyektor yang berbeda dengan
proyektor untuk menampilkan conventional cinema, apalagi proyektor yang
digunakan di kampus-kampus atau kantor-kantor lainnya, jelas jauh berbeda.
Ada beberapa tipe proyektor yang digunakan untuk menayangkan digital cinema, diantaranya proyektor DLP dan DCI. Untuk Proyektor DLP resolusi yang dihasilkan sebesar 1280×1024 atau setara dengan 1.3 megapiksel. Sedangkan proyektor DCI memiliki dua jenis spesifikasi, yaitu 2K (2048×1080) atau setara 2.2 MP dan 4K (4096×2160) atau setara dengan 8.85 MP. Teknologi penayangan sinema digital lainnya dibuat oleh perusahaan Sony dan diberi label teknologi "SXRD" . Proyektor-proyektor SXRD seperti SRXR210 dan SRXR220, menawarkan resolusi 4096x2160 (4K) dan memiliki piksel empat kali lebih banyak dari pada proyektor 2K. Proyektor sinema digital Sony juga memiliki harga yang kompetitif dengan proyektor DLP 2 K yang memiliki resolusi lebih rendah (2048x1080 atau setara dengan 2.2 megapiksel).
Ø Software
Software |
Dalam
pembuatan digital cinema dibutuhkan software yang mampu memberikan kemudahan
dalam mengolah gambar, berdasarkan sumber yang saya baca bahwa Adobe menawarkan
standar baru format file dokumentasi terbuka untuk industri film demi
menghindari inkompatibilitas format file dan menekan tingginya biaya pembuatan
film. Adobe merupakan perusahaan yang terkenal dengan aplikasi editing video
dan foto dan pembuat produk software populer, seperti Adobe Photoshop dan Adobe
Premier Pro. Adobe mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan sebuah format
file terbuka untuk file digital cinema. Format yang nantinya akan diberi nama
CinemaDNG ini berbasiskan format milik Adobe, yakni Adobe Negative file format
yang biasa digunakan untuk fotografi digital
Baiklah itu tadi merupakan suatu
penjelasan tentang bagaimana proses pembuatan film berbasis digital cinema
serta peralatan apa saja yang sering digunakan ketika memproduksinya. Semoga postingan
saya kali ini dapat bermanfaat dan bias menambah pengetahuan kalian tentang hal
yang berhubungan dengan digital cinema.
Wassalamu’alaium WR. WB..
0 komentar:
Posting Komentar