26 Oktober 2015

Softskill (New Media) – Perbedaan Format Film (Cinema)



Bioskop ?..Siapa orang yang tidak mengenal salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang khususnya para remaja. Bioskop, seperti hal nya sebuah arena hiburan dimana para pengunjungnya diharapkan untuk duduk manis didepan layar besar. Bagi para penikmat film yang tidak peduli dengan kualitas suatu film pasti tidak akan megeri dan memperhatikan dibeberapa judul film ada embel-embel ‘2D’ tetapi ada yang salah paham dengan embel-embel 2D ini. Rata-rata para penikmat film masih salah pengertian terhadap 2D yang mengartikan ‘2 Dimensi.’


Salah besar jika kita beranggapan 2D itu adalah 2 Dimensi, kecuali ditulisnya 2-D maka sudah dipastikan film yang akan ditayangkan adalah 2 Dimensi. Jika kita sadar akan embel-embel 2D pada sebuah judul film yang kita tonton, maka kita dihadapkan pada kualitas film terbaru pada layar bioskop, sebenarnya gak baru juga sih, sudah ada beberapa tahun yang lalu namun baru akan booming saat-saat ini. Lalu apa 2D itu?, jawabannya adalah kualitas Film Digital, arti awamnya ialah film dengan embel-embel 2D merupakan film yang dibuat secara digital dalam pembuatan copy –an nya dari Copy Master. Biasanya file Film yang akan di tayangkan pada bioskop berupa file video dengan kualitas tinggi dan media penyimpanannya Harddisk atau Flashdisk karena dalam satu film berformat 2D memiliki size memory yg cukup besar.
Saat ini di Indonesia sudah memiliki 4 jenis format Film yaitu :

Ø  Format biasa

Ø  Format 2D

Ø  Format 3D

Ø  Format 4D.

Yang mana masing-masing dari format film tersebut memiliki perbedaan tersendiri. Mungkin selama ini kita tidak sadar kita menonton film dengan format biasa atau 2D kecuali kita menonton film 3D atau 4D karena diharuskan menggunakan kacamata 3D untuk menontonya, berikut saya jelaskan perbedaan format film bioskop secara mudah dipahami :


1. Format Biasa

Format ini biasa ditayangkan pada bioskop-bioskop tanah air, masih menggunakan roll film dan proyektor dengan kualitas standar. Kualitas gambar yg dihasilkan biasanya standar, terdapat benang-benang halus, subtitle yang terkadang berubah-ubah warna atau tiba-tiba muncul sepasang huruf yang entah maksudnya apa. Kualitas suara terkadang cempreng karena Roll film yang sering diputar, selain itu film-film berdurasi panjang akan ada sedikit jeda (tergantung proyektor dan teknisi operatornya), hal ini diakibatkan penggantian Roll 1 ke Roll2, maklum panjang pita diroll film ada batasnya. Saya pernah menonton film tahu-tahu layar mati, ternyata operatornya masih baru sehingga tidak cepat memasukkan roll selanjutnya. Rata-rata bioskop saat ini masih memutar film dengan format biasa.



Format biasa
Conto film format biasa



2. Format 2D

Format ini yang terbaik buat saya kenapa?, karena tidak ada benang halus, suaranya bagus, warnanya lebih cerah dan tajam namun layar resolusinya tidak sebesar format biasa karena semakin lebar akan semakin gepeng layarnya. Bagian-bagian adegan yang tersensor (dengan cara potong adegan) lebih halus ketimbang format biasa, malah seperti tidak tersensor potong adegan. format jenis ini masih jarang dibioskop tanah air karena harus menggunakan proyektor khusus pemutaran film-film berformat 2D. Saya pernah beberapa kali dihadapkan pilihan 2 film dalam judul yg sama, yang satu hanya judul film biasa, dan yang satunya lagi ada tulisan 2D diakhir judul film itu. Saya nonton keduanya dalam waktu yang berbeda dan memang ada perbedaan total dari format biasa dengan 2D. Secara umum, format 2D memiliki gambar lebih halus layaknya kita menonton DVD dirumah dengan kualitas suara yang bagus. Harga tiketnya lebih mahal sedikit dari film berformat biasa.



Format 2D
Contoh film Format 2D



3. Format 3D

Sekarang lagi marak film hollywood berformat 3D bahkan beberapa film tidak memiliki versi biasanya dan hanya terdapat format 3D. Sudah tidak asing lagi buat masyarakat indonesia, format ini mengharuskan kita menggunakan kacamata 3D karena film-film tersebut memiliki efek gambar keluar dari layar dan hanya bisa terlihat jika kita menggunakan kacamata 3D. Di tahun-tahun sebelumnya, hanya film animasi sajalah yang memiliki format 3D namun berkembangnya kecanggihan CGI, maka film biasa seperti live action pun sudah terformat 3D. Beberapa film kurang begitu pas ditonton dengan format 3D, ketika buka kacamatapun kita masih bisa nyaman menikmatinya, hanya ada bagian kecil saja yg berbayang yaitu teks subtitle nya saja. Beberapa film 3D tidak terdapat Subtitle nya, konon katanya sih pemasukan subtitle akan menurunkan kualitas film sebesar 10%, IMHO. Sayangnya, tidak semua bioskop memiliki fasilitas ini, hanya terdapat pada bioskop besar saja dan harga tiketnya pun bisa dua kali lipat dari harga tiket film biasa.



Format 3D
Contoh film format 3d




4. Format 4D

Tidak berbeda jauh dengan format 3D hanya saja efek dari film bukan hanya gambarnya keluar melainkan ada getaran-getaran atau efek-efeknya nyata yg dihasilkan. Misalnya saja film-film animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air, maka ada air yang menyimprat ke wajah kita atau uap air menetes. Lalu ketika adegan gempa bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, unik dan mengasyikan tapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop saja melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yg menghasilkan getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya termasuk AC yang bisa tiba-tiba dingin banget saat adegan salju dan Heater yang dapat memanas saat adegan padang pasir. Format film ini harus diputar pada bioskop khusus seperti IMAX Keong mas Taman Mini Indonesia Indah dan Bioskop Gelanggang Samudra Ancol. Harga tiketnya pun pasti lebih mahal dan film-filmnya terbatas.




Format 4D
Contoh film format 4D



Baiklah cukup sekian semoga dengan membaca artikel ini, kalian bisa atau tahu bagaimana cara membedakan kualitas film – film yang berada di bioskop..
Semoga bermanafaat…


Wassalamu’alaikum WR. WB.

0 komentar:

Posting Komentar

 

My university

Blogroll