Bioskop
?..Siapa orang yang tidak mengenal salah satu tempat yang sering dikunjungi
oleh banyak orang khususnya para remaja. Bioskop, seperti hal nya sebuah arena
hiburan dimana para pengunjungnya diharapkan untuk duduk manis didepan layar
besar. Bagi para penikmat film yang tidak peduli dengan kualitas suatu film
pasti tidak akan megeri dan memperhatikan dibeberapa judul film ada embel-embel
‘2D’ tetapi ada yang salah paham dengan embel-embel 2D ini. Rata-rata para
penikmat film masih salah pengertian terhadap 2D yang mengartikan ‘2 Dimensi.’
Salah besar
jika kita beranggapan 2D itu adalah 2 Dimensi, kecuali ditulisnya 2-D maka sudah dipastikan film yang
akan ditayangkan adalah 2 Dimensi. Jika kita sadar akan embel-embel 2D pada
sebuah judul film yang kita tonton, maka kita dihadapkan pada kualitas film
terbaru pada layar bioskop, sebenarnya gak baru juga sih, sudah ada beberapa
tahun yang lalu namun baru akan booming saat-saat ini. Lalu apa 2D itu?,
jawabannya adalah kualitas Film Digital, arti awamnya ialah film dengan
embel-embel 2D merupakan film yang dibuat secara digital dalam pembuatan copy
–an nya dari Copy Master. Biasanya file Film yang akan di tayangkan pada
bioskop berupa file video dengan kualitas tinggi dan media penyimpanannya
Harddisk atau Flashdisk karena dalam satu film berformat 2D memiliki size
memory yg cukup besar.
Saat ini di Indonesia sudah memiliki
4 jenis format Film yaitu :
Ø Format
biasa
Ø Format 2D
Ø Format 3D
Ø Format 4D.
Yang mana masing-masing
dari format film tersebut memiliki perbedaan tersendiri. Mungkin selama ini
kita tidak sadar kita menonton film dengan format biasa atau 2D kecuali kita
menonton film 3D atau 4D karena diharuskan menggunakan kacamata 3D untuk
menontonya, berikut saya jelaskan perbedaan format film bioskop secara mudah
dipahami :
1. Format Biasa
Format ini
biasa ditayangkan pada bioskop-bioskop tanah air, masih menggunakan roll film
dan proyektor dengan kualitas standar. Kualitas gambar yg dihasilkan biasanya
standar, terdapat benang-benang halus, subtitle yang terkadang berubah-ubah
warna atau tiba-tiba muncul sepasang huruf yang entah maksudnya apa. Kualitas
suara terkadang cempreng karena Roll film yang sering diputar, selain itu
film-film berdurasi panjang akan ada sedikit jeda (tergantung proyektor dan
teknisi operatornya), hal ini diakibatkan penggantian Roll 1 ke Roll2, maklum
panjang pita diroll film ada batasnya. Saya pernah menonton film tahu-tahu
layar mati, ternyata operatornya masih baru sehingga tidak cepat memasukkan
roll selanjutnya. Rata-rata bioskop saat ini masih memutar film dengan format
biasa.
Conto film format biasa |
2. Format 2D
Format ini yang terbaik buat saya kenapa?, karena
tidak ada benang halus, suaranya bagus, warnanya lebih cerah dan tajam namun
layar resolusinya tidak sebesar format biasa karena semakin lebar akan semakin
gepeng layarnya. Bagian-bagian adegan yang tersensor (dengan cara potong
adegan) lebih halus ketimbang format biasa, malah seperti tidak tersensor
potong adegan. format jenis ini masih jarang dibioskop tanah air karena harus
menggunakan proyektor khusus pemutaran film-film berformat 2D. Saya pernah
beberapa kali dihadapkan pilihan 2 film dalam judul yg sama, yang satu hanya
judul film biasa, dan yang satunya lagi ada tulisan 2D diakhir judul film itu.
Saya nonton keduanya dalam waktu yang berbeda dan memang ada perbedaan total
dari format biasa dengan 2D. Secara umum, format 2D memiliki gambar lebih halus
layaknya kita menonton DVD dirumah dengan kualitas suara yang bagus. Harga
tiketnya lebih mahal sedikit dari film berformat biasa.
Contoh film Format 2D |
3. Format 3D
Sekarang
lagi marak film hollywood berformat 3D bahkan beberapa film tidak memiliki
versi biasanya dan hanya terdapat format 3D. Sudah tidak asing lagi buat
masyarakat indonesia, format ini mengharuskan kita menggunakan kacamata 3D
karena film-film tersebut memiliki efek gambar keluar dari layar dan hanya bisa
terlihat jika kita menggunakan kacamata 3D. Di tahun-tahun sebelumnya, hanya
film animasi sajalah yang memiliki format 3D namun berkembangnya kecanggihan
CGI, maka film biasa seperti live action pun sudah terformat 3D. Beberapa film
kurang begitu pas ditonton dengan format 3D, ketika buka kacamatapun kita masih
bisa nyaman menikmatinya, hanya ada bagian kecil saja yg berbayang yaitu teks
subtitle nya saja. Beberapa film 3D tidak terdapat Subtitle nya, konon katanya
sih pemasukan subtitle akan menurunkan kualitas film sebesar 10%, IMHO.
Sayangnya, tidak semua bioskop memiliki fasilitas ini, hanya terdapat pada
bioskop besar saja dan harga tiketnya pun bisa dua kali lipat dari harga tiket
film biasa.
Contoh film format 3d |
4. Format 4D
Tidak
berbeda jauh dengan format 3D hanya saja efek dari film bukan hanya gambarnya
keluar melainkan ada getaran-getaran atau efek-efeknya nyata yg dihasilkan.
Misalnya saja film-film animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air,
maka ada air yang menyimprat ke wajah kita atau uap air menetes. Lalu ketika
adegan gempa bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, unik dan
mengasyikan tapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke
efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop
saja melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yg menghasilkan
getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya termasuk AC yang bisa tiba-tiba
dingin banget saat adegan salju dan Heater yang dapat memanas saat adegan
padang pasir. Format film ini harus diputar pada bioskop khusus seperti IMAX
Keong mas Taman Mini Indonesia Indah dan Bioskop Gelanggang Samudra Ancol.
Harga tiketnya pun pasti lebih mahal dan film-filmnya terbatas.
Contoh film format 4D |
Baiklah cukup sekian semoga dengan
membaca artikel ini, kalian bisa atau tahu bagaimana cara membedakan kualitas
film – film yang berada di bioskop..
Semoga bermanafaat…
Wassalamu’alaikum WR. WB.
0 komentar:
Posting Komentar