Video game bisa
dibilang merupakan media yang paling banyak berkembang dalam 30 tahun terakhir.
Perkembangan ini bisa terwujud berkat kemajuan teknologi yang bisa menampilkan
performa serta presentasi yang lebih baik dalam video game, atau
teknologi lain seperti internet yang bisa membawa pengalaman bermain game
betul-betul berbeda dan fresh.
Sayangnya, banyaknya perubahan dan kemajuan teknologi
ini tidak selamanya berdampak baik. Banyak developer dan publisher yang
memanfaatkan teknologi untuk menguras habis-habisan uang para gamer. Video
game menjadi sebuah media yang dinodai oleh pola pikir dan
tangan-tangan para pelaku bisnis yang kotor.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya berniat
untuk membahas mengenai apa saja hal yang seharusnya tidak perlu ada di industri
video game modern sekarang ini. Perlu diingat daftar di bawah jelas
merupakan opini pribadi saya. Tapi opini ini diambil dari seseorang gamer
yang sudah main game dari sebelum bisa membaca dan kadang merasa kecewa
terhadap industri yang sangat kita cintai ini. Enjoy.
Day-1 DLC / On-disc DLC
Downloadable Content atau yang
biasa disingkat DLC merupakan sebuah feature dalam video game
yang bisa terwujud berkat berkembangnya teknologi internet. Dengan DLC,
developer dapat menambahkan konten-konten berukuran tidak terlalu besar ke
dalam game meskipun game telah dirilis. Sebetulnya semenjak DLC
belum populer sekalipun, gamer PC sudah mengenal sesuatu yang disebut expansion
pack. Bedanya karena biaya packaging dan shipping yang mahal,
maka expansion pack baru akan keluar setelah cukup banyak konten dibuat,
tidak seperti DLC yang bisa dirilis dalam jumlah kecil namun konstan.
Sayangnya, meskipun konsep awal dari DLC ini sangatlah
menarik, banyak developer serta publisher yang menyalahgunakan feature
ini. DLC yang seharusnya merupakan konten tambahan yang dibuat setelah game
dirilis, kini dikembangkan bersamaan dengan game, namun dijual secara
terpisah. Lebih parahnya lagi DLC tersebut biasanya dirilis di hari yang sama
dengan game, atau malah sudah tersedia di dalam DVD game namun
dikunci aksesnya oleh sang developer.
Saya rasa gambar di atas merupakan gambar yang sangat
sempurna untuk menggambarkan situasi dari feature DLC yang ada di banyak
game sekarang ini. Bukannya berfungsi untuk menambah konten dalam game,
sekarang para developer dan publisher justru memanfaatkan DLC sebagai
metode untuk memotong konten yang seharusnya sudah ada dari awal dan memaksa gamer
untuk membayar demi bisa mengaksesnya. Parasit seperti ini jelas harus
segera dihilangkan dari industri game!
Pre-order eksklusif
Yang satu ini sebenarnya masih jauh lebih mendingan
daripada keluhan saya di atas. Entah sejak kapan, tapi beberapa tahun terakhir
ini banyak sekali game yang dirilis dengan konten-konten eksklusif yang
bisa didapatkan hanya dengan cara pre-order di toko-toko tertentu.
Metode seperti ini jelas sangat aneh dan mengganggu, apalagi kebanyakan toko
yang mengadakan pre-order adalah toko-toko yang berlokasi di Amerika
atau Eropa, sehingga membuat kita yang berada di Indonesia cukup kesulitan
mendapatkannya.
Untungnya saja konten yang biasanya dijadikan bonus
adalah konten yang sangat opsional seperti senjata-senjata yang aneh dan unik. Selain itu
biasanya konten-konten dari pre-order eksklusif ini juga akan tersedia
melalui DLC (saya tidak tahu ini termasuk berita bagus atau tidak).
Sistem energi
Para gamer yang suka bermain game browser
atau mobile tentunya sangat familiar dengan sistem yang satu ini. Sistem
energi merupakan salah satu elemen gameplay yang memang didesain untuk
membuat alur permainan para gamer terganggu dan memaksa mereka untuk
menunggu agar bisa bermain lagi. Selain dengan menunggu, gamer juga bisa
membeli berbagai jenis item untuk mengisi ulang energi mereka.
Elemen dari game design ini sebenarnya cukup
bisa dimaklumi jika diterapkan ke dalam game seperti Mafia Wars
dan sejenisnya. Karena jika game dengan genre tersebut tidak dibatasi
energi, yang ada malah permainan akan membosankan dan tidak seimbang. Namun
jika permainan dengan energi ini diterapkan ke dalam game seperti Candy
Crush atau Real Racing, yang ada malah kenyamanan bermain menjadi
sangat terganggu.
Perlu diingat saya tidak mengeluhkan masalah IAP ya,
hanya masalah sistem energi tidak pada tempatnya saja yang saya rasa harus
diberantas.
Always Online DRM
Bermain game MMO dan harus online, itu
jelas sangat lumrah. Tapi bermain game single player namun harus
terkoneksi internet, itu jelas merupakan hal yang sangat bodoh, konyol, gila,
atau apapun kata kasar yang mau kamu gunakan untuk mendeskripsikannya. DRM yang
merupakan singkatan dari Digital Rights Management, merupakan metode
yang digunakan oleh para kreator untuk melindungi konten-konten digital buatan
mereka.
DRM berfungsi untuk mencegah terjadinya pembajakan atau hal sejenis lainnya yang jelas sangat
merugikan developer dan publisher. Sayangnya seringkali metode untuk
mencegah pembajakan ini malah jadi alasan utama seseorang memilih bermain
bajakan. Contohnya seperti Diablo III dan Simcity versi PC, yang
dengan keputusan DRM mereka malah membuat banyak gamer tidak bisa
bermain sama sekali.
Jangan heran kalau hal seperti kejadian waktu Assassin’s
Creed II baru dirilis. Banyak sekali gamer di forum-forum online
bercerita bahwa mereka telah membeli game Assassin’s Creed II dan tidak
sabar ingin memainkannya, tapi kewajiban terkoneksi meskipun bermain single
player malah membuat mereka memutuskan untuk bermain versi bajakan yang
lebih nyaman, dan menjadikan kopian versi asli jadi koleksi saja.
Region lock
Satu lagi hal bodoh yang mengherankan kenapa masih ada
saja di era globalisasi sekarang ini. Di saat hubungan antara manusia di
seluruh dunia sudah semakin mudah dan nyaris tanpa batas berkat internet, masih
ada saja penyedia konten-konten digital yang membatasi penyebaran produk mereka
dengan batasan region. Untuk beberapa kasus mungkin hal ini terjadi akibat
perbedaan standar konten digital yang ada di setiap region, tapi terkadang ada
juga situasi di mana region lock betul-betul menjadi hal yang absurd.
Hal absurd yang saya maksud adalah seperti yang
diterapkan oleh Nintendo kepada Wii U dan 3DS (terutama 3DS karena naturnya
sebagai hardware portabel). Meskipun NDS dulu tidak memiliki region
lock, untuk 3DS dan Wii U Nintendo malah menerapkan sistem primitif ini
dengan alasan yang tidak jelas. Keputusan ini jelas sangat
menyusahkan orang-orang yang sering traveling atau sedang tinggal di
luar negeri. Alat bermain game portabel mereka yang seharusnya bisa
dinikmati di mana saja, kini harus menghadapi batasan-batasan konyol. Bayangkan
saja jika anda tinggal di Jepang dan 3DS anda memiliki region Amerika, pilihan
anda hanyalah dengan mengimpor semua game atau beli 3DS baru dengan
region Jepang.
Untuk kasus yang berhubungan dengan konten ofensif, region
lock mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi untuk kasus yang dilakukan
Nintendo, di mana mereka sudah sangat restriktif terhadap konten yang diakses
melalui produk Nintendo, memiliki feature region lock jelas merupakan
hal yang bisa dibilang agak gila.
Sumber : https://id.techinasia.com/
0 komentar:
Posting Komentar